46.KOORDINASI VISUAL MOTORIK
A.KOORDINASI VISUAL MOTORIK
a.Pengertian visual
Sistem
visual manusia terdiri dari mata, beberapa bagian di otak, dan jalur
yang menghubungkan mereka. Visual menurut kamus lengkap psikologi J.P.
Chaplin adalah menyinggung penglihatan atau daya lihat.
b.Pengertian motorik
Motorik
adalah pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Elizabeth B. Hurlock, 1978)
c.Koordinasi visual motorik
Koordinasi visual motorik merupakan gabungan antara pengendalian gerakan jasmaniah dengan aspek visual.
d. Hal-hal yang dapat mempengaruhi visual-motorik
Koordinasi
visual motorik seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
konsentrasi terhadap suatu obyek. Hal ini juga sangat mempengaruhi
ketenangan seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Juga
berpengaruh terhadap banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan
tugas tersebut. Koordinasi visual motorik ini dapat juga dipengaruhi
oleh stimulus lain disekitarnya yang mungkin dapat mengacaukan
konsentrasi seseorang. Sedangkan menurut ( Elizabeth B Harlock) ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi visual motorik, di antaranya adalah
:
- lingkungan
- fisik
- mental
- kemampuan mengendalikan tubuh
Seandainya
tidak ada gangguan lingkungan atau fisik atau hambatan mental yang
mengganggu perkembangan motorik, secara normal seseorang akan siap
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Hurlock, 1978).
PERSPEKTIF DASAR
Psikologi Eksperimen adalah cabang Psikologi yang mengkaji proses sensing, perceiving, learning, and thinking about the world.
Dalam
konteks positivisme, atau empiricism, pengamatan/observasi atas
proses-proses itu dilakukan dengan metode eksperimen sebagai a method or
logic inquiry yang diandalkan untuk merinci (description), menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction), dan mengendalikan (control)
secara semakin akurat/precise proses-proses itu sendiri sebagai
realitas.
Realitas-realitas
yang saling berasosisasi, bahkan dipercaya/belief memuat the notion of
determinism, bahwa perilaku pastilah bersebab, atau memliki determinan.
Hanya saja realitas di sini dan sekarang (here and now) tidak dimengerti
dengan pendekatan-pendekatan tenacity, intuition, authority, bahkan
tidak dengan rationalism, tetapi sekali lagi dengan metode eksperimen.
Jadi Psikologi Eksperimen bukan metode eksperimen itu sendiri, walau
metode ini adalah satu-satunya andalannya, tetapi pertama-tama tetaplah
acquiring knowledge about psychological realities.
Metode eksperimen hanyalah
more acceptable means karena alat/ means ini menjamin objective
observation, yaitu pengamatan yang independent of opinion or bias. Perlu
diingat, yang dimaksud dengan metode eksperimen di sini adalah suatu
methodology (yang memuat urutan unsur-unsur logic of inquiry mulai dari
unsur identify problem and form hypothesis, unsur design experiment,
unsur conduct experiment, unsur test hypothesis, sampai dengan unsur
write reasearch report), bukan techniques, yang sebenarnya hanyalah
specific manners in which scientif method is implemented.
metode-metode
lain selain metode eksperimen, yaitu metode deskriptif, yang bermaksud
menyelenggarakan deskripsi atau gambaran tentang suatu situasi,
kejadian, atau kumpulan kejadian secara khusus/ partikular. Termasuk ke
dalam metode deskriptif adalah naturalistic observation, secondary
records, dan field studies yang terdiri atas setidaknya 4 metode:
participant observation, survey (survey, correlational studies,
longitudinal and cross-sectional studies), ex post facto studies, dan
meta analyisis.
Tentu, metode eksperimen adalah
terbaik, sejauh menjadi metode yang mampu menjamin bisa diketahuinya
hubungan/asosiasi sebab-akibat di antara realitas-realitas.
Tidak berarti metode eksperimen tidak memiliki kekurangannya. Kekurangannya adalah, karena cenderung dilakukan di labolatorium, maka hasilnya sangat exclusive, dalam arti hanya bisa dibenarkan (dilegitimasikan) untuk ekesperimen itu saja. Diragukan bisa digunakan hasilnya untuk populasi yang lebih besar.
Ada masalah besar dalam hal external validity. Agar terjadi external validity, oerlu diusahakan kehadiran: population validity, ecological validity, dan temporal validity. Tentu perlu diingat adanya inverse relationship antara internal validity dan external validity: bila validitas eksternal meningkat, validitas internal cenderung terkurbankan, begitu sebaliknya.
Metode sebagai alat adalah memang salah satu bagian integral keilmiahan. Tetapi yang paling penting untuk integritas kebenaran ilmu adalah sikap ilmiah ilmuwannya sendiri, untuk senantiasa menjaga diri agar tetap memiliki: curiosity, patience, objectivity, dan change.
Tidak berarti metode eksperimen tidak memiliki kekurangannya. Kekurangannya adalah, karena cenderung dilakukan di labolatorium, maka hasilnya sangat exclusive, dalam arti hanya bisa dibenarkan (dilegitimasikan) untuk ekesperimen itu saja. Diragukan bisa digunakan hasilnya untuk populasi yang lebih besar.
Ada masalah besar dalam hal external validity. Agar terjadi external validity, oerlu diusahakan kehadiran: population validity, ecological validity, dan temporal validity. Tentu perlu diingat adanya inverse relationship antara internal validity dan external validity: bila validitas eksternal meningkat, validitas internal cenderung terkurbankan, begitu sebaliknya.
Metode sebagai alat adalah memang salah satu bagian integral keilmiahan. Tetapi yang paling penting untuk integritas kebenaran ilmu adalah sikap ilmiah ilmuwannya sendiri, untuk senantiasa menjaga diri agar tetap memiliki: curiosity, patience, objectivity, dan change.
No comments:
Post a Comment